DEGRADASI SUMBERDAYA LAHAN DAN SUMBERDAYA AIR AKIBAT DARI PERUBAHAN IKLIM

  • Sep 05, 2018
  • sambiroto

Sambiroto -Upaya khusus (Upsus) dengan target swasembada pangan pertanian sudah dilaksanakan sejak pertanian pada jaman dahulu oleh Para Petani Desa Sambiroto. Sinergi antar seluruh lembaga dan pelaku terkait dalam menyukseskan program ini melibatkan pemerintah, petani, masyarakat dan Dharmatirta. Untuk mencapai target yang sudah ditetapkan investasi pemerintah secara refocusing di bidang infrastruktur irigasi dan sarana produksi lainnya. Dalam perjalanannya, faktor iklim menjadi suatu hal yang perlu disikapi melalui pendekatan mitigasi dan adaptasi. "Seperti yang terjadi pada tahun 2015 terjadinya fenomina el-nino (kekeringan) menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pencapaian kenaikan produksi pertanian, khususnya padi," kata PPL Pertanian Desa Sambiroto Novi, Sabiroto,kamis (14/08/2018) dalam acara penyuluhan pertanian untuk kelompok tani Tugu Rejo dan Tegong Rejo. Lebih lanjut Rini menjelaskan, perubahan pola hujan saat ini sudah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Seperti pergeseran awal musim hujan dan perubahan intensitas curah hujan bulanan dengan keragaman dan deviasi yang semakin tinggi serta peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim. "Perubahan Iklim yang terjadi saat ini berpengaruh terhadap eksistensi sumberdaya lahan dan air, penurunan luas areal tanam dan produktivitas pertanian," ungkapnya. Degradasi sumberdaya lahan dan sumberdaya air akibat dari perubahan iklim, jelas dia, menuntut untuk segera dilakukan upaya adaptasi terutama pada infrastruktur pengairan untuk meminimalisir terjadinya ancaman kekeringan atau banjir. Dengan luasan lahan sawah tadah hujan atau semi teknis di wilayah Desa Sambiroto seluas hampir 20 ha, apabila tidak dikelola dengan strategi adaptasi terhadap perubahan iklim, akan menjadikan lahan tersebut terlantar pada musim kemarau dan kelebihan air pada musim penghujan. "Ancaman kekeringan dan banjir semakin intensif yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi produksi terutama akibat meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman. Terdapat indikasi, sawah yang terkena banjir dan kekeringan pada musim sebelumnya berpotensi besar terserang hama wereng coklat," ujarnya. Menghadapi perubahan iklim yang terjadi saat ini, sebenarnya pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian bersama dengan instansi terkait lainnya, antara lain TNI-AD dan petani tetap bertekad menggenjot produksi pertanian dengan melakukan upaya upaya adaptasi melalui berbagai macam program. Di antaranya yaitu kegiatan fokus adaptasi budidaya pertanian meliputi perbaikan manajemen pengelolaan air termasuk sistem dan jaringan irigasi, pengembangan teknologi panen air (embung, dam parit dan long-storage) dan efisiensi penggunaan air seperti irigasi tetes dan mulsa. "Kemudian pengembangan teknologi pengelolaan lahan untuk meningkatkan daya adaptasi tanaman, dan pengembangan sistem perlindungan usaha tani dari kegagalan akibat perubahan iklim atau crop weather insurance," tuturnya. Pengembangan infrastruktur air irigasi pada skala usaha tani oleh Kementerian Pertanian dilakukan melalui pola bantuan pemerintah dan dikerjakan secara swadaya melibatkan petani penerima manfaat. Petani dilibatkan dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan serta perawatan infrastruktur bangunan. Namun pada saat ini pembangunan infrastruktur air irigasi pada skala usaha belum merambah di wilayah pertanian Desa Sambiroto. Kepala Desa Sambiroto Agus Sukamto menegaskan kepada petani lewat PokTan, pemerintah desa saat ini sudah merencanakan dalam waktu singkat akan menata manajemen pertanian di desa melalui pembangunan saluran irigasi pertanian yang akan dilakukan secara swakelola. “Petani tidak usah khawatir melalui usulan dari kelompok tani pemerintah desa sudah merencanakan dan akan memperbaiki manajemen pertanian di desa, melalui program Dana Desa pemerintah akan mengalokasikan dana untuk perbaikan Jaringan Irigasi Pertanian di desa”, tuturnya. Memang pada saat ini perubahan fisik jaringan pengairan sebagian besar belum optimal pemanfaatanya karena pendangkalan fisik saluran. Inovasi para petani untuk beradaptasi dengan lingkungan supaya lebih cepat sawahnya teraliri air biasanya pemanfaatan ketika musim kemarau datang untuk mengolah lahan sawah dengan cara mengambil permukaan sawah kurang lebih 30 cm atau sebesar bongkahan tanah yang mengering. Istilah Menyelam sambil minum air adalah motto Petani Desa Sambiroto dalam pemanfaatan musim kemarau. Hampir sebagian besar sawah milik petani diolah dengan cara memanfaatkan tanah sawah untuk pembangunan dengan cara mengambil dan menjual tanah tersebut. Suyanto (48) “ masyarakat desa dan petani saat musim kemarau adalah musim yang ditunggu untuk pembangunan dan pengolahan pertanian yang baru ngerjakan pengurugan untung dan petanipun untung dan yang mempunyai usaha jasa transportasi pun diuntungkan” tuturnya. Dampak positif lain yaitu hasil yang optimal dan operasional dalam perawatan dapat ditekan.